Senin, 10 Oktober 2011

Tak Da Lgi

saat aku berlari saat itu jg aku harus kembali..
tak da angin yang dapat mendinginkan hati ku..
tak da ombak yang dapat menghancurkan rasa lelah dalam hati..
tak da warna yang dapat menghiasi gelapnya hati ku..
tak da arus yanng dapat membawa hati ku tenang,,dan..
tak da lagi seseorang yang dapat memusnahkan keluh kesah ku itu..




Rabu, 05 Oktober 2011

Kata Orang

Kata orang cinta bisa membuat kita menjadi kuat,
yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang nyata menjadi fakta.
hanya cinta kepada ALLAH lah yang bisa seperti itu,
cinta kepada seseorang justru bisa membuat kita menjadi orang yang sangat lemah di dunia,
tidak selamanya kuat. bahkan kalau kita sudah tersakiti, maka kelemahan selalu bersama kita.

Roman Novel kehilangan Mestika


BAB I
PENDAHULUAN

Biografi  Hamidah (Fatimah Hasan Delais)
Penggunaan nama samaran merupakan salah satu siasat penulis dalam "memasarkan" karyanya. Meskipun tidak selama alasan penggunaan nama samaran seperti itu, yang jelas pelauang menggunakan nama samaran tersebut melegakan hati kalangan penulis. Minimal, mereka dapat menyembunyikan identitas dirinya dari publik. Akan tetapi, kadangkala nama samaran seorang penulis itu lebih populer dari nama asli. Kesan seperti itu terlihat jelas pada pengarang Hamidah.
            Hamidah adalah nama samaran dari Fatimah Hasan Delais. Wanita pengarang ini berasal dari daerah Munto, Bangka (sekarang Prov. Babel). Ia menikah dengan seorang laki-laki bernama Hasan Delais. Jadi, Hasan Delais di belakang nama Fatimah adalah nama suaminya. Ia meninggal di Palembang pada tanggal 8 Mei 1953 dalam usia sangat muda, 38 tahun.
           Jenjang pendidikan dasar dan menengah ditempuh Hamidah di kampung halamannya. Selepas dari sekolah lanjutan pertama, Hamidah  melanjutkan pendidikannya ke sekolah Guru Putri       Padangpanjang.
           Selepas dari Sekolah Guru Putri Padangpanjang, Hamidah pulang ke kampungnya, Muntok, Bangka. Ia mengajar di sekolah gadis di kampung halamannya. Di samping itu, Hamidah giat pula dalam organisasi wanita di Muntok. Tidak lama mengbdi di kampung halamannya, Hamidah kemudian pindah ke Palembang.
          Tidak banyak informasi yang dapat dikumpulkan tentang wanita pengarang yang berasala dari Sumatera Selatan ini. Namanya dikenal dalam khazanah sastra Indonesia karena karya yang berjudul Kehilangan Mestika. Novel ini ditulis Hamidah pada waktu Hamidah masih berusia 19 tahun. Artinya, Hamidah masih dalam lingkungan sekolah atau masih uduk di bangku sekolah guru.
           Kegemaran Hamidah terhadap sastra tampaknya didasari oleh kebersinggungannya dengan bacaan-bacaan. Perhatian yang tinggi terhadap kehidupan dikoolabrasi dengan kreativitas menuangkannya dalam bentuk tulisan membuahkan sebuah karya yang bernas pada zamannya.
           Novel Kehilangan Mestika karya Hamidah diterbitkan pertama kali pada tahun 1935. Kemudian, novel ini dicetak ulang pada tahun 1937 (cetakan kedua), 1949 (cetakan ketiga), 1954 (cetakan keempat), 1957 (cetaka kelima), dan 1963 (cetakan keenam). Pada cetakan kelima dan keenam, novel Kehilangan Mestika dicetak ulang sebanyak 10.000 eksemplar.
          Cetakan keempat habis dalam waktu satu tahun, sedangkan cetakan keenam habis dalam waktu dua tahun. Berdasdarkan kenyataan sepwerti itu, H.B. Jassin berpendapat bahwa novel karya Hamidah tersebut termasuk salah satu buku yang disukai kala itu.
          Menjelang akhir hayatnya, Hamidah berniat untuk menghadirkan karya novel lagi ke dal;am belantara khazanah sastra Indoesia. Akan tetapi, keinginannya itu ternyarta hanya sebatas hasrat dari seorang penulis. Ia dipanggil menghadap Tuhan Yang Mahakuasa sebelum keinginan tersebut diwujudkannya.
Di Bangka Belitung masyarakat sendiri pada umumnya tidak lagi mengenal siapa sebenarnya sastrawati asal Mentok yang bernama asli Fatimah Hasan Delais itu. Apalagi untuk mengenal karyanya. Bahkan tidak banyak orang yang mengetahui, bahwa sebenarnya selain romannya yang terkenal, Kehilangan Mestika (1938), sastrawati Angakatan Balai Pustaka itu juga seorang cerpenis dan penyair. Karya-karyanya yang berupa cerpen dan puisi boleh dikatakan hampir tidak bisa ditemui lagi. Upaya untuk menggali jejak Hamidah sendiri pun, seperti yang sedang dilakukan oleh penyair Ira Esmeralda hingga kini tidak pernah jelas bagaimana       kabarnya.



BAB II
PEMBAHASAN
Sinopsis “Kehilangan Mestika”
Buku ini menceritakan seorang Hamidah diri prngarang sendiri yang membuka jalan bagi kaumnya di negerinya, Muntok. Kemudian ia dipindahkan ke Palembang. Dalam perjalananya kapal Muntok-Palembang, terjadilah ikatan sehidup semati dengan Ridhan. Hubungan itu tidak disetujui paman Ridhan, dan Hamidah menerimanya akibatnya kena tipu sehingga pekerjaanya pada gebernumen terlepas, dan Ridhan meninggal oleh pamannya.
Kembalilah ia ke Muntok dalam keadaan sakit rohani jasmani. Di Muntok ia aktif lagi. Ketika dua orang pemuda, Anwar dan idrus mencintai sekaligus, ia telah memilih Idrus. Ia dan idrus kemudian berusaha sehingga Anwar berjodoh dengan Rukiah. Dengan kematian ayahnya, nasib Hamidah menjadi berubah. Ia harus ikut saudaranya ke Jakarta. Karena taktik saudaranya itu, gagalah cita-citanya untuk hidup bersama dengan Idrus. Dikawinkanlah ia dengan Rusli, dengan susah payah, akhirnya hamidah berhasil memindahkan cintanya pada Rusli. Tetapi bersama dengan keberhasilan itu, ia mesti kehilangan Rusli karena yidak mempunyai anak. Atas permintaan sendiri ia bercerai dengan Rusli, karena merasa tak ada lagi gunannya diikat tali perkawinan. Rusli telah berbahagia dengan istri muda dan anaknya. Pulanglah Hamidah ke Muntok dengan membawa keremukan hati tak terkira. Dirinya sudah tua hidup sendiri, terpisah dari  yang dikasihi dan mengasihi, karena Idrus yang memilih tidak kawin setelah putus dengan Hamidah, baru saja meninggal.
Sudut Pandang
Kelainan Hamidah dari pengarang sezamannya ialah pemakaian gaya aku, namun sayang tidak dikembangkan secara lebih jauh dalam tekhnik. Hal ini ternyata menyeret juga penampilan perwatakan, terutama dalam menampilakan tokoh-tokoh lain dalam cerita tidak hidup, sebab semuanya hanya deceritakan melalui tokoh utama. Melihat kedataran dan kelurusn komposisi, kemungkinan besar pemakaian tersebut disebabkan cerita itu merupakan pengalaman sendiri. Nampaknya Hamidah bercerita persis seperti apa adanya, tanpa imajinasi yang mampu mengakat karya itu.
Gaya Bahasa
Hamidah mempunyai keistimewaan lain ialah tidak lagi mempegunakan perumpamaan-perumpamaan, pepatah, percakapan-percakapan yang berkepanjangan ataupun kalimat-kalimat yang panjang seperti lazimnya pengarang masa itu. Nasihat-nasihat seperti umumnya pengarang masa itu bertebaran di sana sini, walaupun tidak selalu secara eksplisit
Tema dan Amanat
Judul dan kalimat-kalimat permulaan buku ini telah memberikan bayangan bahwa pengarang akan menceritakan sesuatu yang sedih. Ternyata memang menyedihkan juga. Hamidah kehilangan semua yang ia kasihi dan yang mengasihi : bapak, kekasih, suami, kebahagiaan.
Begitulah, maka roman ini dijiwai oleh sesuatu yang bisa kita tarik setelah selesai membacanya: orang yang gagal hidup sebagai suami istri dengan orang yang dicintainya, tidak menemui kebahagiaan. Sedangkan hal yang lain bisa pula kita petik, misalnya: tanpa adanya keagungan cinta yang mendalam, maka tidak hadirnya anak bisa meretakan perkawinan; hendaklah orang jangan mudah percaya pada berita buruk dari orang lain tanpa menyelidiki terlebih dahulu.
Terkandungnya nilai tragis: berusaha mencintai suami yang tidak mencintai sementara sudah berhasil ia harus berpisah karena tidak punya anak, dan sampainya renungan pengarang pada lapis metafisika: kesadarannya akan waktu sehingga ia meyadari dirinya yang berangkat tua dan harus berpisah dengan dunia orang muda, membuat karya ini memiliki bobot hampir cukup. Penyelaman psikologis yang mendalam dan mengharukan dari roman ini mampu menutup kelemahan-kelemahan lain

Senin, 03 Oktober 2011

Reverensi Novel-Novel

Nama               : Reni                                                   Jurusan            : PBSI_NR VI         
Nim                 : 208013000019

BUNGA ROOS DARI CIKEMBANG
Kesetiaan Nyai dengan Tuannya Berakhir Kemalangan.
            Pada zaman kolonial banyak nyai yang memperlihatkan kesetiaannya pada tuannya, seperti halnya dengan nyai Marsiti dalam novel Bunga Roos dari Cikembang. Terlihat bahwa perjuangan nyai bersama tuannya tidaklah sesuai dengan yang diharapkannya, karena perbedaan status nyai dan tuannya menjadi perkara dalam cerita ini. Tidak heran pada saat itu banyak tuannya yang terpaksa meninggalkan nyai ny karena status yang ada dan pertentangan dari orang tua menjadi penyebab terutama juga dalam cerita ini yang diceritakan oleh KTH.
Nyai Marsiti begitu mencintai tuannya Aj Yjeng dengan setulus hatinya (305), tetapi ketika ayah dari Ay Yjeng mengatakan bahwa Ay Yjeng akan dinikahi dengan Gwat Nio. Marsiti menerimanya dengan sangat baik keputusan dari Pin lo. Tidak lah tega sebenarnya Aj Yjeng melepaskan Marsiti, tetapi Pin Lo mengatakan ada sepulu kali lebih berharga dari kau punya nyai (314).
Pin Lo begitu memandang rendah tentang nyai dan begitu gampang nya bila disuruh-suruh. Mereka berdua sangatlah berat untuk berpisah, tetapi memang inilah jalan yang sebenarnya di alami oleh nyai-nyai pada zaman itu. Marsiti pergi dengan meninggalkan surat untuk Aj Yjeng (333).
Beberapa lama tak ada kabar dari Marsiti, Aj Yjeng pun menerima untuk dinikahkan dengan Gwat Nio dan mempunyai seorang anak perempuan Lily. Karena kesukaan ny pada hal-hal yang sedih pada dewasa hendak menikah Lily pun meninggal. Bian koen kekasihnya merasa putus asa dan pergi ke suatu tempat hingga bertemu dengan Roos, Roosminah adalah anak dari Marsiti yang tidak diketahui oleh Aj Yjeng dan istrinya. Kepergian marsiti pada saat itu sedang mengandung anak dari Aj Yjeng, dan marsiti selama ini hidup bersama Tirta.
Marsiti adalah anak dari Aminah, nyai Liok Keng Djim yang ditinggalkan ny karena merasa pada saat itu nyai tidak pantas untuk tuannya. Dan liok Keng Djim mempunyai anak dari istrinya, anak yang bernama Gwat Nio yang menikah dengan Aj Yjeng, maka ada kemiripan dari Marsiti dengan Gwat nio, seperti halnya dengan Lily dengan Roosminah.
Maka terbuktilah dari sedikit cerita yang di ceritakan oleh KTH membuktikan bahwa pada saat itu nyai-nyai mengalami kemalangan karena tidak bisa selama nya bersama tuannya. Karena status sosial dan perbedaan adat yang harus diterima oleh nyai-nyai pada saat itu.
Tetapi salah satu tujuan KTH pada saat itu menulis cerita ini untuk mengangkat derajat nyai-nyai. Karena nyai-nyai pada saat itu di pandang jelek oleh masyarakat luar, tidak lah hampir semua nyai seperti itu. Seperti nyai Marsiti yang begitu amat mulia hatinya menerima semua keadaan yang ada yang terjadi pada dirinya.
Namun yang diceritakan oleh KTH ini nyai-nyai di sini memang mengalami kemalangan bersama tuannya, akan tetapi di balik semua ini nama nyai-nyai terangkat dengan adanya tokoh nyai Marsiti.










BELENGGU
Pengaruh Novel Belenggu secara Psikologi terhadap Masyarakat
            Novel ini mengandung banyak konflik dalam kehidupan rumah tangga, seperti pada halnya Hartono seorang dokter yang selalu di sebukkan dengan pasiennya, sehingga tidak mempunyai waktu di rumah bersama Tini istrinya. Tini pun mempunyai kesibukan sendiri juga karena merasa kesepian di rumah.
Terlihat jelas konflik seperti ini terkadang memang sering terjadi dalam kehidupan keluarga, karena awalnya mereka menikah tidak saling mencintai antara suami dan istri, maka keluarga tersebut tidak harmonis dan bahkan bisa terjadi perceraian.
Hal ini yang pada dasarnya mempengaruhi kepada masyarakat akan hal seperti itu, membangun rumah tangga tanpa adanya cinta atau tidak di dasarkan oleh rasa cinta antara suami dan istri maka akan berakhir dengan perceraian.
Sukartono dengan Tini memecahkan masalah nya sendiri-sendiri, salah paham dan sukar bertengkar (hal. 34-35).  Tono menikah dengan tini karena kecantikan tini yang memancar pada saat itu Tini menjadi rebutan dari pemuda-pemuda di sana, tetapi Tono lah yang mendapatkannya, Tini menerima di nikahkan dengan Tono hanya karna membantu saja. Tono tidak benar-benar merasakan cinta dari istrinya selayaknya sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia, sifat yang dia inginkan justru ia rasakan di perempuan lain. Tini mempunyai masa lalu yang kelam sebelum menikah dengan Tono, gagal menjali hubungan sehingga Tini menerima Tono menjadi suaminya. Yah mempunyai masa lalu yang kelam juga akibat perceraiannya tetapi tidak seberuntung dengan Tini, Yah mempunyai pekerjaan sampingan menjadi seorang pelacur.
Setelah menikah Tini merasa hanya penunggu telepon saja di rumah untuk suami nya, Tini pun merasa kesepian saat Tono hendak mendatangi pasien-pasien nya. Tini pun mencari kesibukan sendiri dengan keluar, sehingga terjadi pertentangan bahwa perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa di dampingi oleh suami ny, Tini membantahnya dengan keras.
Pada saat itu Tono sudah berhubungan dengan Yah kawan kecil nya dulu yang menyamar sebagai pasien nya Tono, kemudian mereka menjalin hubungan tanpa di ketahuinya oleh Tini. Tono merasa Yah lebih lembut, feminim, penuh perhatian, penurut dan pintar merawat Tono, sehingga perhatian Tono tidak lah ke Tini lagi, sosok istri yang ideal yang didambakan oleh seorang Tono yang di dapatkannya Tini. Namun dibalik semua itu Yah mempunyai sisi buruk bahwa dulu nya Yah seorang pelacur.
Tini pun pada akhirnya mengetahui hubungan mereka berdua dan hendak mendatangi Yah, tetapi ketika bertemu dengan Yah, Tini melihat Yah sosok yang baik dan Tini pun merasa malu kepada Yah dan hendak pergi. Kepergiannya tidak lah hanya di situ saja, Tini merasa tidak bisa meneruskan kehidupannya bersama Tono, Tini pun bercerai dengan Tono dan pulang ke kampungnya menjadi pengurus anak-anak yatim. Sepeninggalan Tini, Yah pun meninggalkan Tono juga dan berangkat ke Caledonia untuk selama-lamanya.
Di akhir cerita ini Tono tidak mendapat kan apa-apa dari kedua sosok perempuan itu, ia tidak bisa terus bersama Tini dan tidak bisa menjalankan hubungannya lagi dengan Yah.
Hal seperti itulah yang banyak dihindarkan oleh masyarakat, istilah kawin paksa, kawin karena dijodohkan dan kawin tanpa dasar cinta, karena perkawinan tanpa dasar cinta akan membentuk keluarga yang tidak harmonis dan tidak bahagia seperti halnya Tono yang akhirnya selingkuh dengan Yah sosok perempuan yang lembut dan pandai merayu Tono, sifat-sifat Yah yang tidak dimiliki oleh Tini.
Armijn Pane membuat novel ini sebagai jawaban dari novel Layar terkembang, bahwa tidak harus ada tokoh yang dimatikan untuk kebahagian yang lain. Dibuktikan bahwa dalam cinta segitiga ini pada akhirnya Tono sendiri, Tini dan Yah pergi meninggalkan.




Kehilangan Mestika
Psikologi mendalam tokoh Hamidah
Hamidah adalah tokoh utama di roman kehilangan Mestika yang mengalami kesedihan berturut-turut, dan mempunyai ketegaran yang amat kuat dalam jatuh bangun kehidupan yang ia jalankan berasama orang yang di sayanginya. Psikologi mendalam yang ia alamai berawal dari kehilangan ibu nya pada waktu kecil (hal.3). Kemudian setelah dewasa Hamidah meninggalkan kampung halamannya di Muntok untuk sekolah di Padang Panjang. Empat tahun sudah hamidah di Padang Panjang dan hendak meninggalkan Padang Panjang bersama Aminah ke Palembang (hal.4), setelah itu kembali lah Hamidah ke Muntok dan ikut bersama saudaranya ke Pangkal Pinang, ditengah perjalannya Hamidah bertemu dengan Ridhan kawan kecilnya dulu (hal.11). namun kedekatan mereka berdua tidak disetujui nya oleh paman Ridhan.
Berpisah lah Hamidah dengan Ridhan, kemudian mendapat kabar bahwa Ridhan sakit keras dan Meninggal setelah di oprasi (hal.33). dengan keadaan sakit rohani dan jasmani Hamidah berusaha bangkit dan bertemu dengan Idrus di kampung halamannya, setelah manjalin hubnungan dengan Idrus, Ayah Hamidah meninggal Dunia karena sakit (hal.49).
Karena permintaan Ayah nya Hamidah pun pergi ke Jakarta tinggal bersama saudaranya, di sana Hamidah hendak di nikahkan dengan Rusli pilihan dari saudaranya karena tidak setuju hubungannya dengan Idrus, dengan sangat terpaksa Hamidah menikah dengan Rusli, karena konfik di keluarganya Hamidah pun bercerai dengan Rusli dan pulang ke Muntok bertemu dengan Idrus yang sedang sakit karena menderita dan menghukum dirinya.
Idrus merasa telah mensia-sia kan cinta suci dari Hamidah dan membiarkannya menikah dengan Rusli, karena telah merasa seperti itu Idrus pun membujang hingga tua menunggu Hamidah, setelah Hamidah datang Idrus merasa senang hendak yang dikatakanya bida meninggal di pangkuan Hamidah.
Dari roman yang diceritakan oelh Hamidah ini atau nama aslinya adalah Fatimah Hasan Delais merupakan cerita pengalaman pribadinya. Hamidah kehilangan orang-orang yang ia kasihi dan sayangi.
Putus asa selalu ia dapatkan setelah kehilangan orang-orang yang ia sayangi, namun Hamidah bangkit kembali walaupun dengan keadaan sakit rohani dan jasmani. Ketegaran nya sangat kuat bisa menjalankan semuanya walau sebenarnya hatinya sangat hancur, terlebih saat kehilangan Idrus, Hamidah merasa tidak ada guna nya hidup yang sedemikian itu.
Tetapi di sini Hamidah ingin mengangkat derajat-derajat wanita pada saat itu di kampung halamannya karena adat yang tidak memboleh kan wanita keluar rumah setelah di jemput oleh calon suaminya.
Fatimah menungkan psikologi mendalamnya dengan cerita roman Kehilangan Mestika ini. Terlihat jelas bahwa yang di alami oleh Hamidah dalam roman ini mengalami psikologi yang begitu mendalam dengan kehilangan orang-orang yang ia sayangi, semua itu berdasarkan pengalaman pribadi Fatimah dengan sedikit imajinasi si pengarangnya.











SALAH ASUAN
Akibat lupa akan bangsa nya sendiri
Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.
Hanafi memang melupakan statusnya sebagai bangsa Melayu atau sebagai orang bumi putera. Perbuatannya itu mengakibatkan ia di jauhi oleh orang-orang yang tidak suka melihat Hanafi seperti itu. Ia pun durhaka terhadap ibunya, harapan Ibunya dengan Hanafi sekolah di sana agar bisa mengangkat derajat bangsa orang Melayu. Tetapi di luar harapan Ibunya, Hanafi bergaya seperti orang kebarat-baratan dan ingin di sebut sebagai orang Eropa.
Namun orang Eropa tidak akan pernah bisa menyebutkan Hanafi sebagai orang Eropa, perbedaan kulit pun menjadi salah satunya Hanafi tidak akan bisa menjadi orang Eropa. Ibunya menginginkan Hanafi sekolah di Jakarta agar kehidupannya lebih terpandang atau bermaksud  agar hanafi dapat merubah kehidupan di keluarganya.
Hanafi mengenal pendidikan sekolah kolonial Belanda, akibatnya Hanafi lebih berpenampilan ke budaya Eropa, namun Hanafi tetaplah orang Melayu. Hanafi berusaha agar bisa masuk ke budaya Eropa mulai dari penampilan, gaya hidup, pola pikir  bahkan Hanafi ingin menikahi Corrie setelah berpisah dengan Rafiah agar bisa di sebut orang Eropa. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Hanafi menikahi Corrie menjadi istrinya.
Sejak menikah mereka diajuhi oleh teman-temannya, mereka menganggap bahwa pernikahan tersebut tidak sederajat.
Setelah menikah dengan Corrie, rumah tangganya tidak lah selalu baik, pertengkaran terkadang terjadi dan mereka berdua di jauhi oleh kawan-kawanya karena sudah melanggar status yang ada.
            Kemudian Corrie di bawa ke Semarang oleh Vann Dammen, setelah itu Hanafi menyusul ke Semarang melihat keadaan Corrie yang sedang sakit kolera. Namun sayang Corrie pun meninggal di Semarang karena penyakitnya itu.
            Kepulangnya ke Minangkabau Ibunya menyarankan agar Hanafi kembali kepada Rafiah, namun ditolaknya karena cinta pertamanya hanya untuk Corrie. Setelah itu Hanafi mengakhiri hidupnya dengan menelan empat butir sublimat yang menyebabkan ia muntah darah, dan pada akhirnya meninggal dunia.
Sifat seperti Hanafi ini ibaratkan istilah kacang lupa akan kulitnya, terlihat jelas dari cerita yang di atas, bahwa Hanafi cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Perbedaan adat istiadat pun menjadi konflik dalam novel Salah Asuan ini.
Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita.
Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.








DARI AVE MARIA KE JALAN LAIN KE ROMA
            Memuat kisah-kisah zaman Revolusi, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dibagi secara kronologis menjadi tiga bagian: Jaman Jepang, Corat-Coret di Bawah Tanah, dan Sesudah 17 Agustus 1945.  Dari buku yang tipis ini, kita dapat melihat semacam evolusi Idrus dari gaya romantik ke gaya khas satir tragikomiknya yang belum banyak dianut saat itu.
Idrus memberikan kita gambaran mengenai kehidupan yang terjadi pada saat itu. Ketidakadilan prilaku perbuatan orang Nippon dengan orang Indonesia. Orang Nippon selalu di istimewakan dengan pelayan-pelayan lebih, tidak seperti orang Indonesia yang selalu kesengsaraan  dan kesusahan yang di alaminya. Bisa kita lihat ceritanya di Kata harmoni, Jawa Baru, Pasar Malam Jaman Jepang, Sanyo, Oh.Oh.Oh. Heiho dan Kisah Sebuah Celana Pendek. Hampir semua dari kumpulan cerpen-cerpen Idrus menampilkan itu.
Ave Maria
Menceritakan seseorang perempuan yang mencintai lebih dari satu laki-laki. Zulbahri suami dari Wartini, namun di tengah-tengah keluarga mereka syamsu adik Zulbahri datang mengingatkan akan masa lalu Wartini denganya. Sehingga timbul kembali perasaan diantara mereka.
Funjinkai
kita melihat kehebohan Nyonya Sastra mempersiapkan rapat Fujinkai di kampung A, “repot betul, seperti hendak mengawinkan anaknya.  Pinjam meminjam kursi, panggil memanggil anggota.”  Dengan tajam kita membaca timpalan ejekan dan sinisme dari para peserta rapat, kekonyolan kehebohan sok resmi tanpa juntrungan yang jelas, sampai kemarahan peserta yang harus menghabiskan banyak waktunya mendengarkan omong kosong hapalan hanya untuk kemudian dimintai sumbangan seringgit demi membuat “kuwe-kuwe” untuk prajurit Nippon yang sakit.  “Nyonya Sastra mengapus keringat di keningnya.  Rapat bubar dengan selamat.”  Kita tertawa (getir?) membacanya, mengingat hingga sekarangpun, situasi “rapat” birokratis sepertinya juga tidak banyak berubah.


Sikap seperti ini terus tertuang bahkan setelah Jepang angkat kaki, dalam bagian terakhir, Sesudah 17 Agustus 1945.  Seolah tak peduli dengan revolusi, Idrus membabat habis gambaran heroisme 10 November.  Para pemuda, diibaratkannya sebagai cowboy dan bandit.  Mereka berjalan dengan sombong nya, revolver dan belati di pinggang: “Revolver-revolver guna menembak pencuri-pencuri sapi dan pisau-pisau belati guna perhiasan.

Novelet Surabaya pertama kali diterbitkan oleh Merdeka Press di tahun 1947, dan menimbulkan banyak kontroversi.  Idrus dicap kontrarevolusi karena penggambaran karikatur skeptisnya mengenai pertempuran Surabaya dan revolusi pada umumnya.
 Sesuai dengan sinisme massa yang meragukan janji-janji revolusi dan heroisme di tengah-tengah kemelaratan dan kesengsaraan jaman, bisa jadi Idrus hanya menggambarkan kisah dan keluhan yang kerap saat itu.
Idrus juga lebih banyak memakai kata-kata seperti perumpamaan, pepatah, dan ungkapan-ungkapan agar menarik pembaca. Selain menceritakan tentang jaman Jepang hingga kemerdekaan Idrus juga sedikit menceritakan percintaan pada masa itu.

jeritan jembatan

aku tidak mengerti kenapa orang yang aku sayangi tidak mau mengerti akan diri ku,,,mereka selalu membohongi dirinya dengan tidak memeperdulikan aku...hidup ku bagaikan jembatan yang berdiri di tengah2 laut, yang suatu saat pasti akan runtuh dengan air laut...tapi aku tidak peduli akan air laut tersebut,,aku akan tetap berdiri di tengah2 laut demi orang2 yang aku sayangi untuk memanfaatkannya menyebrang...

sakit yg ku miliki

setegar2 ny wanita pasti akn mengeluarkan air mata d"saat hati dan perasaannya d'permaikan oleh seseorang yang d'sayangi ny..
semua rasa sayang itu akan ku  kubur jauh ke dalam bumi agar tiada lg penyesalan dan air mata yang ku rasa saat ini..
apa yang aku lihat itu yang aku pikir kan..
smua ny berubah begitu saja saat kau menghidupkan api dan melemparkan ny kpda ku...
panas ny hati tak tertahan lg membakar hati dan perasaan ku...
akan ku tanam kan rasa benci di hati ku utk mu,,agar dengan mudah ku melupakan mu..

Perempuan Hebat

Cerpen ini bercerita tentang perempuan hebat yang bisa mengalahkan laki-laki saat berperang melawan perasaanya, perempuan ini merasa selalu di sakiti oleh laki-laki yang ia sayangi. Namun berdiam diri saja bukan hal yang dapat menyeleisakan masalah bagi perempuan ini, maka si perempuan ini mencoba memberanikan diri untuk melakukan sesuatu agar tidak selalu di sakiti oleh laki-laki tersebut. Dan dalam cerpen ini saya sebagai peenulis juga ingin memutar balikan fakta bahwa laki-laki adalah segalanya, tidak selamanya laki-laki yang menjadi juaranya, perempuan juga bisa. Dalam cerpen ini akan di kupas semua permasalah laki-laki adalah segalanya dan perempuan yang selalu di tindas. Untuk tau lebih lanjut ceritanya, silahkan baca cerpen di bawah ini.

PEREMPUAN HEBAT???
Rere nama pangilan ku, saya seorang perempuan anak ketiga dari tiga bersaudara, saya kuliah semester v di UIN Jakarta. Saya mempunyai pasangan sudah cukup lama berhubungan, namun dengan seiringnya waktu tidak menutup kemungkinan tidak terjadi apa-apa dalam hubungan kami. Kian hari kami selalu bertengkar karena perselingkuhan yang di lakukan oleh pasangan ku Iren. Saya hanya bisa berdiam diri saja mengetahui hal itu, tidak bisa berbuat apa-apa walau hati dan perasaan ini sangat resah dan gelisah.
Kami hidup di lingkungan organisasi pancak silat, kerja kami adalah melatih anak-anak untuk latihan bela diri silat, dia adalah rekan kerja ku dulu, hingga kami saling menaruh hati berdua. Tidak terasa kami sudah menjalankan hubungan kian lama. Walau banyak kontroveksi-kontroveksi dari kawan-kawan kami, kami tetap menjalankannya. Hingga perselingkuhan kepada kawan ku sendiri terjadi.
Tuti adalah kawan saya di Bogor, dia kawan sekalligus musuh saya, karena dia telah selingkuh dengan pasangan saya Iren, berawal sering jumpa saat ngelatih anak-anak silat di Bogor hingga sampai kepertemuan perselingkuhan pertama yang Iren lakukan kepada saya.
Siapa bilang saya tidak mengetahuinya, rekan-rekan kerja saya yang lain lah yang mengasih tau kepada saya, hingga saya mencari tau sendiri akan kebenaran tersebut. Pertengkaran pun tidak bisa di hindarkan, emosi yang saya rasakan begitu mengguncang jiwa saat mengetahuinya, di tambah lagi Iren tidak mau mengakuinya agar saya tidak marah berlarut-larut hingga kebohongan selalu yang di lakukannya.
Mungkin saya adalah perempuan bodoh yang selalu saja di tipu oleh orang yang saya sayangin, hingga kebohonngan pun bersarang di antara kita.
Itut juga salah satu kawan ku di jawa sekaligus musuh ku juga karena sama dengan Tuti, pasangan ku melakukan perselingkuhan dengannya juga. Bertambah lah emosi ku saat mengetahuinya lagi. Tidak ku sangka, dia melakukan semua itu, melakukan sesuatu yang sangat menyakiti diri ku. Sempat aku berpikir, mungkin saja ada yang kurang dari diri ku hingga dia melakukan perselingkuhan terhadap 2 perempuan sekaligus.
Kekurangan dari diri ku hanya tidak bisa kasih perhatian lebih terhapat Iren, sampai dia mencari perhatian dari perempuan lain, hal tersebut mulai sedikit aku pahami dan saya coba mengerti, namun kian hari di luar batas kedekatan mereka, mulai dari telepon setian hari, dan sms setiap hari, bahkan hingga jalan-jalan dengan perempuan tersebut.
Hati terasa tercabik-cabik, terasa lumpuh tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak sanggup berdiri bahkan untuk merangkak pun saya sulit saat mengetahui semua itu. Tetapi saya coba untuk tegar, mencoba tertawa di balik dinginnya tangisan ku, selalu terasenyum di hadapan orang-orang, namun tidak kuat rasanya menahan semua itu sendiri. Sedikit-sedikit mulai saya ceritakan pada senior ku di sini tentang apa yang saya rasakan, masukan-masukan pun mulai mentenangan hati ku.
Saya kumpulkan bukti –bukti perselingkuhan mereka semua, sampai di titik temu, saya bongkar semua di hadapan Iren, saya mencoba untuk melepaskannya, namun dia tidak mau saya tinggalakan, saya sudah bosan terus menaru kesempatan pada dia untuk berubah, tapi apa hasilnya, dia tidak bisa sama sekali berubah untuk meninggalkan perempuan2 selingkuhannya.
Selalu saja berjanji tetapi diingkari, saya mulai berpikir untuk cuek dengannya, tidak peduli lg, tidak menghiraukan dia di depan ku, tidak memaafkannya, dan tidak ingin bertemu lagi dengannya. Ternyata dengan pikiran ku seperti itu sudah cukup membalas rasa sakit hati ku ini. Dia merasa tertekan dan tersakiti oleh semua sikap2 saya seperti itu, saya tidak harus membalasnya dengan perselingkuhan juga, cukup dengan sikap dingin ku bisa membuatnya tersakiti.
Puas,,,, tidak....tidak sampai di sini saya melakukan pembalasanya rasa sakit di hati. Saya hanya ingin Iren merasakan yang saya rasakan sekarang, sampai detik ini pun saya masih terus dingin dengan Iren, sampai saya bener2 percaya kalau dia mau berubah dan tidak mengulangi kesalahan2nya.
Siapa bilang perempuan tidak bisa marah, tidak balas perbuatan bejat laki-laki. Dengan tersakiti hati perempuan, maka perempuan lah yang berkuasa kalau sedang marah. Gunung-gunung pun menundukan puncaknya kalau saja perempuan sudah di batas kesabaran, laut-laut pun memberhentikan ombaknya saat wanita sedang marah karena takut ombaknya menambah amarahnya.
Sempat saya berkata kepada Iren. “apapun yang kamu lakukan kepada ku yang sifatnya menyakiti, maka saya juga akan melakukan hal yang sama agar kamu merasakan apa yang saya rasakan juga. Semakin kau menyakiti ku, sama saja kau menyakiti diri kau sendiri, karena saya akan membalasnya dengan hal yang sama.”
Sekarang hampir setiap hari dia bertekuk lutut kepada saya karena dia merasa tidak  bisa tanpa saya, dengan kelemahannya itu, saya manfaatkan sebaik mungkin, agar dia tidak seenak-enak lagi dengan ku, 1 langkah ku mulai berhasil membalas rasa sakit yang ku rasakan, langkah kedua saya ingin dia di bawah aturan saya, menuruti semua keinginan ku, langkah ketiga saya ingin dia meninggalkan dan benci dengan selingkuhannya. Jika semua itu berhasil saya lakukan, maka saya berpredisi, laki-laki lemah tanpa adanya seorang perempuan di sampingnya.
Perempuan hanya ingin di mengerti perasaannya, jangan di sakiti terus, perempuan memang lemah,bukan berarti laki-laki bisa menyakitinya terus. Di balilk kelemahan perempuan tersimpan banyak kekuatan saat dirinya terancam atau tersakiti, maka keluar lah kekuatan tersebut yang mungkin tidak bisa di bendung oleh laki2 kekuatan perrempuan tersebut.
Siapa bilang perselingkuhan itu enak, siapa bilang perselingkuhan itu di lakukan oleh orang yang hebat dan pandai. Menurut saya siapa saja yang melakukan perselingkuhan adalah orang yang gampangan dan murahan, kesana ayo, kesini juga ayo. Tidak punya pendirian terhadap satu pasangan. Sama hal nya pelacur atau gigolo.
Hingga sekarang pasangan saya mencoba untuk mengikuti semua kemauan ku. Untuk memperbaiki kesalahannya, dia bersedia melakukan apa saja untuk saya. Sedikit demi sedikit saya mulai percaya terhadap pasangan saya, tetapi saya tetap waspada agar tidak terlalu terlena lagi, agar tidak tersakiti lagi oleh nya.

Sekian dari saya, itulah sedikit cerita pengalaman pribadi saya, pengalaman percintaan saya yang mencoba memputar balikan fakta bahwa laki-laki bisa di taklukan oleh perempuan.
Pesan saya : siapa saja tolong jangan pernah mencoba untuk selingkuh atau mein belakang dari pasangan anda, karna anda akan menyesal di kemudian hari. Cobalah untuk mempunyai pendirian terhadap satu pasangan saja agar kebahagian selalu bersama kita. Seeorang yang mencoba selingkuh bagi saya seseorang yang murahan dan merendahan dirinya sendiri terhadap pandangan orang yang melihatnya.